Posts: 13 Joined: 04.10.08 Location: jakarta Age: 38
Soekarno - Sejarah yang tak memihak
Malam minggu. Hawa panas dan angin seolah diam tak berhembus. Malam
ini saya bermalam di rumah ibu saya. Selain rindu masakan sambel goreng
ati yang dijanjikan, saya juga ingin ia bercerita mengenai Presiden Soekarno. Ketika semua mata saat ini sibuk tertuju, seolah menunggu saat saat berpulangnya Soeharto, saya justru lebih tertarik mendengar penuturan saat berpulang Sang proklamator. Karena orang tua saya adalah salah satu orang yang pertama tama bisa melihat secara langsung jenasah Soekarno.
Saat itu medio Juni 1970. Ibu yang baru pulang berbelanja,mendapatkan Bapak ( almarhum ) sedang menangis sesenggukan.
" Pak Karno sudah " ( meninggal )
Dengan menumpang kendaraan militer mereka bisa sampai di Wisma Yaso.
Suasana sungguh sepi. Tidak ada penjagaan dari kesatuan lain kecuali
3 truk berisi prajurit Marinir ( dulu KKO ). Saat itu memang Angkatan
Laut, khususnya KKO sangat loyal terhadap Bung Karno. Jenderal KKO
Hartono - Panglima KKO - pernah berkata, " Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO. Merah kata Bung Karno, merah kata KKO "
Banyak prediksi memperkirakan seandainya saja Bung Karno menolak
untuk turun, dia dengan mudah akan melibas Mahasiswa dan Pasukan Jendral Soeharto, karena dia masih didukung oleh KKO, Angkatan Udara,
beberapa divisi Angkatan Darat seperti Brawijaya dan terutama Siliwangi dengan panglimanya May.Jend Ibrahim Ajie.
Namun Bung Karno terlalu cinta terhadap negara ini. Sedikitpun ia
tidak mau memilih opsi pertumpahan darah sebuah bangsa yang telah
dipersatukan dengan susah payah. Ia memilih sukarela turun, dan membiarkan dirinya menjadi tumbal sejarah.
The winner takes it all. Begitulah sang pemenang tak akan sedikitpun
menyisakan ruang bagi mereka yang kalah. Soekarno harus meninggalkan
istana pindah ke istana Bogor . Tak berapa lama datang surat dari
Panglima Kodam Jaya - Mayjend Amir Mahmud - disampaikan jam 8 pagi
yang meminta bahwa Istana Bogor harus sudah dikosongkan jam 11 siang.
Buru buru Bu Hartini, istri Bung Karno mengumpulkan pakaian dan
barang barang yang dibutuhkan serta membungkusnya dengan kain sprei. Barang barang lain semuanya ditinggalkan.
" Het is niet meer mijn huis " - sudahlah, ini bukan rumah saya lagi ,
demikian Bung Karno menenangkan istrinya.
Sejarah kemudian mencatat, Soekarno pindah ke Istana Batu Tulis
sebelum akhirnya dimasukan kedalam karantina di Wisma Yaso.
Beberapa panglima dan loyalis dipenjara. Jendral Ibrahim Adjie diasingkan menjadi dubes di London . Jendral KKO Hartono secara misterius mati terbunuh di rumahnya.
Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu belum banyak
yang datang, termasuk keluarga Bung Karno sendiri. Tak tahu apa mereka masih di RSPAD sebelumnya. Jenasah dibawa ke Wisma Yaso. Di ruangan kamar yang suram, terbaring sang proklamator yang separuh hidupnya dihabiskan di penjara dan pembuangan kolonial Belanda. Terbujur dan mengenaskan. Hanya ada Bung Hatta! dan Ali Sadikin - Gubernur Jakarta - yang juga berasal dari KKO Marinir.
Bung Karno meninggal masih mengenakan sarung lurik warna merah serta
baju hem coklat. Wajahnya bengkak bengkak dan rambutnya sudah botak.
Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh
dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya. Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta sesisir buah pisang yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk. Kamar itu agak luas, dan jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam bisa terlihat halaman belakang yang ditumbuhi rumput alang alang setinggi dada manusia !.
Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet
di lantai di ruang tengah.
Ibu dan Bapak saya serta beberapa orang disana sungkem kepada
jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang, dan juga orang orang lain.
Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan
jenasah proklamator. Walau dalam Bung Karno berkeingan agar kelak
dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor . Pihak militer tetap tak mau
mengambil resiko makam seorang Soekarno yang berdekatan dengan ibu
kota.
Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sebagai peristirahatan
terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman
ini.
Dalam catatan Kolonel Saelan, bekas wakil komandan Cakrabirawa,
" Bung karno diinterogasi oleh Tim Pemeriksa Pusat di Wisma Yaso.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara cara yang amat kasar, dengan
memukul mukul meja dan memaksakan jawaban. Akibat perlakuan kasar terhadap Bung Karno, penyakitnya makin parah karena memang tidak mendapatkan pengobatan yang seharusnya diberikan. "
( Dari Revolusi 1945 sampai Kudeta 1966 )
dr. Kartono Mohamad yang pernah mempelajari catatan tiga perawat Bung
Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9 Juni 1970 serta mewancarai
dokter Bung Karno berkesimpulan telah terjadi penelantaran. Obat yang
diberikan hanya vitamin B, B12 dan duvadillan untuk mengatasi
penyempitan darah. Padahal penyakitnya gangguan fungsi ginjal. Obat
yang lebih baik dan mesin cuci darah tidak diberikan.
( Kompas 11 Mei 2006 )
Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan lebih lanjut,
" Bung Karno justru dirawat oleh dokter hewan saat di Istana
Batutulis. Salah satu perawatnya juga bukan perawat. Tetapi dari
Kowad "
( Kompas 13 Januari 2008 )
Sangat berbeda dengan dengan perlakuan terhadap mantan Presiden
Soeharto, yang setiap hari tersedia dokter dokter dan peralatan
canggih untuk memperpanjang hidupnya, dan masih didampingi tim
pembela yang dengan sangat gigih membela kejahatan yang dituduhkan. Sekalipun Soeharto tidak pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan ketika tim kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana. Mereka
harus menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden !
Malam semakin panas. Tiba tiba saja udara dalam dada semakin
bertambah sesak. Saya membayangkan sebuah bangsa yang menjadi kerdil dan munafik. Apakah jejak sejarah tak pernah mengajarkan kejujuran ketika
justru manusia merasa bisa meniupkan roh roh kebenaran ? Kisah tragis ini tidak banyak diketahui orang. Kesaksian tidak pernah menjadi hakiki karena selalu ada tabir tabir di sekelilingnya yang diam membisu. Selalu saja ada korban dari mereka yang mempertentangkan benar atau salah.
Butuh waktu bagi bangsa ini untuk menjadi arif.
Kesadaran adalah Matahari
Kesabaran adalah Bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Keterbukaan adalah pelaksanaan kata kata
( * WS Rendra )
pengetahuan dan ilmu wajib bagi kita untuk mengamalkannya dalam sikap dan tindakan karena berdosalah mereka yang memiliki pengetahuan tetapi tidak mengamalkannya
buat mas pilonstart, bolehkan saya mengkomentari artikel mas pilon start ? maaf ya mas pilon start, klo nulis artikel yang rapi & teratur dikit donk, jadi enak tuk dibaca. maaf nih ya mas pilonstart. jgn tersinggung, saya cuman kasih masukan aja. ok mas pilon start.
Posts: 13 Joined: 04.10.08 Location: jakarta Age: 38
iya gw terima kok
lagian waktu gw posting tuh gw belom tidur tiga hari
jadi sedikit kacau, haha maklum lah lagi ribet2nya skripsi.(jadi curhat niy)
sekali lagi thangkyu atas kripik dan saran nya pengetahuan dan ilmu wajib bagi kita untuk mengamalkannya dalam sikap dan tindakan karena berdosalah mereka yang memiliki pengetahuan tetapi tidak mengamalkannya
wew, 3 hari? wah hampir ngalahin top score gw tuh. ops sori OOT. heheheh
Nabi Muhammad SAW bersabda :” Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu Yang Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu Yang Belum Ia Ketahui” (HR. Imam Ahmad).