15 Tahun MP3 - Format Musik Digital Terpopuler
Posted by EVA-00 on 22 October 2008 11:18

Sinyal DigitalMPEG-1 Audio Layer 3 atau lebih dikenal dengan sebutan MP3 adalah salah satu format berkas pengodean suara. Format ini memiliki kompresi yang cukup baik (kendati bersifat lossy), sehingga ukuran berkas bisa memungkinkan menjadi lebih kecil.



Extended News

Sinyal DigitalMPEG-1 Audio Layer 3 atau lebih dikenal dengan sebutan MP3 adalah salah satu format berkas pengodean suara. Format ini memiliki kompresi yang cukup baik (kendati bersifat lossy), sehingga ukuran berkas bisa memungkinkan menjadi lebih kecil.

Lalu bagaimana berkas tersebut mampu mengkompresi file suara menjadi sedemikian kecil? Ya, MP3 mengurangi jumlah bit yang diperlukan secara otomatis. Dengan menggunakan model psychoacoustic, berkas tersebut mampu menghilangkan komponen-komponen suara yang tidak terdengar oleh manusia.

Berkas yang memakai pengodean Pulse Code Modulation (PCM) ini dikembangkan oleh seorang insinyur Jerman Karlheinz Brandenburg. Di awal tahun 1970-an, prinsip dasar coding audio itu sendiri ditemukan oleh Prof Dieter Seitzer dari Erlangen-Nuremberg University, Jerman. Selanjutnya, Brandenburg bersama mitra-mitra pribadinya, termasuk Thomson, vendor elektronik asal Perancis, terus mengembangkan dan mensosialisasikan MP3 yang efisien secara global.

Sementara itu, menurut data Wikipedia, Selasa 7 Oktober 2008, MP3 memakai sebuah transformasi hybrid untuk mentransformasikan sinyal pada ranah waktu ke sinyal pada ranah frekuensi, meliputi:

* filter polyphase quadrature 32-band,
* 36 atau 12 MDCT (Modified Discrete Cosine Transform). Ukurannya dapat dipilih secara independen untuk sub-band 0...1 dan 2...31, dan
* postproses aliasing reduction.

Standar MPEG-1 tidak mendefinisikan secara spesifik cara melakukan encode MP3. Sebaliknya, algoritma decode serta format file didefinisikan secara spesifik. Oleh karena itu, di masa kejayaan MP3, bagi yang ingin mengimplementasikan encoder MP3 harus membuat sendiri algorima untuk menghilangkan bagian dari informasi pada file audio asal. Dengan kata lain pada representasi MDCT di ranah frekuensi.

Saat ini, sudah cukup banyak piranti lunak yang bisa diunduh secara gratis untuk sekadar meng-encode file MP3. Akan tetapi, seringkali kita temukan hasil encode setiap encoder MP3 berlainan dan kualitas hasil yang berlainan pula. Kendati demikian, hal tersebut kembali ke  
selera masing-masing manusia. Hal yang harus diperhatikan dari semua encoder yang ada, terdapat encoder yang bagus untuk bitrate tinggi maupun bitrate rendah.

Kendati dikenal masyarakat sebagai berkas file yang cukup efisien, MP3 juga mempunyai beberapa batasan atau kekurangan, di antaranya:

* Bit rate terbatas, maksimum 320 kilobit per detik (beberapa berkas format file lain mampu menghasilkan bit rate yang lebih tinggi),
* Resolusi waktu dapat menjadi terlalu rendah untuk sinyal-sinyal suara yang sifatnya transient atau sementara, sehingga dapat menyebabkan noise atau kebisingan,
* Resolusi frekuensi terbatasi oleh ukuran window yang panjang kecil, mengurangi efisiensi coding,
* Tidak ada pita faktor skala (scale factor band) untuk frekuensi di atas 15,5 KHz atau 15,8 KHz,
* Mode jointstereo dilakukan pada basis per frame, 
* Delay bagi encoder/decoder tidak didefinisikan, sehingga tidak ada dorongan untuk gapless playback. Tetapi, beberapa encoder seperti LAME dapat menambahkan metadata tambahan yang memberikan informasi kepada MP3 player untuk mengatasi hal tersebut.

Menyoroti berkas format MP3 dengan pendekatan sosial, sangat disayangkan ketika berkas ini disebut-sebut menjadi biang masalah munculnya file-sharing. Ketika dikembangkan di awal 1990-an, Bradenburg mengaku, sama sekali tidak terbesit di pikirannya bahwa MP3 akan menjadi cikal bakal pembajakan file audio.

"Di awal era 90-an, PC biasa tidak cukup kuat untuk men-decode MP3. Koneksi internet pun tidak mendukung, hanya ada beberapa, itu pun lamban. Kalaupun dimungkinkan untuk membajak dengan format file MP3, hal itu hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan skala besar yang memiliki server bertenaga super," kata Bredenburg.

"Jadi, saya tidak mengembangkan MP3 agar bisa mendukung aksi pembajakan file audio, karena hal itu dimungkinkan ketika PC dan koneksi internet sudah cukup kuat mendukungnya. Bisa diperkirakan sekitar akhir 90-an, Web dan P2P (peer-to-peer) diciptakan untuk konteks yang berbeda, yakni sebagai media pertukaran file audio berlisensi secara cuma-cuma, hingga sampai hari ini tidak bisa dilumpuhkan. Pertumbuhannya kian cepat, tidak pernah terpikirkan sebelumnya," imbuhnya.

Adapun beberapa piranti lunak pendukung aktivitas pertukaran file (file-sharing) berbasis protokol server-client, beberapa di antaranya adalah:

* Audiogalaxy, layanan ini sudah ditutup sejak pertengahan 2002,
* Direct Connect,
* Napster, sempat ditutup pada Juli 2001 karena tuntutan RIAA, namun kini dibuka kembali namun dengan sistem layanan berbayar,
* Scour Exchange, disebut-sebut sebagai penerus Napster, tetapi tidak bertahan lama,
* Soulseek, satu-satunya piranti yang masih bertahan meskipun relatif tua, dengan pengguna online kurang lebih 120,000 user setiap waktu, dan
* TinyP2P (masih aktif),
* Kazaa (masih aktif),
* Ares (masih aktif),
* Limewire, salah satu piranti yang terpopuler saat ini, bahkan kini tersedia juga akun berbayar untuk performa akses yang lebih cepat.

Sumber : www.vivanews.com